Tuesday 3 December 2019

Hutang Itu Hatus Dibayar. Bagaimana kalau saudara yang ngutang?

Mamak-makak seluruh Indonesia yang saya cintai dan banggakan. Sebelum nikah yang ada dalam bayangan kita adalah hidup berdua bersama suami. Menjalani biduk rumah tangga dengan segala Lika likunya. Tapi, Mak, setelah menikah kita tahu bahwa yang namanya rumah tangga bukan melulu tentang kita berdua. Ada hal-hal yang ternyata bikin  kita ambek-ambekan sama pasangan. Pemicunya banyak. Ada aja yang bikin emosi. Termasuk karena keluarga sendiri atau keluarga pasangan.

Mak, yang namanya nikah itu berarti kita terima dia (pasangan kita) dan juga keluarganya dan seluruh kekurangan dari keduanya.

Mak, pernah gak sih keluarga suami bikin ilfil, bikin greget, bikin emosi menurut pandangan mamak? Atau justru dari sisi keluarga mamak sendiri yang begitu? Dan mamak baru ngeh setelah menikah.

Pernah juga gak ngerasain yang namanya di judge, dikomentarin banyak, sampek menurut mamak it's enough! Atau pernah engga sih dipinjem duitnya terus gak dibayar?

Salah satunya pasti pernah kayaknya. Gedek engga Mak? Sebel engga? Pasti kan ya. Dan kadang hal tersebut yang bikin mamak uring-uringan ke suami. Terutama perihal pinjem duit dan gak bayar itu. Urusan duit emang yang paling sensitif.

Kalau minjemin duit ke saudara itu paling serba salah. Mau nagih malu, engga ditagih butuh. Dikasih aja bukannya bayar malah ngutang lagi. Engga dikasih engga enak. Bingung kan? Dan kalau mereka engga bayar malah jadi beban pikiran.

Mak, pernah ya saya juga dipinjem uangnya dan engga bayar. Posisinya sama kek gitu. Bukannya basa basi belum bisa bayar eh malah mau ngutang lagi. Dan selama berjalannya waktu terlupakan begitu aja.

Gedek Mak, sebel, marah. Tapi mau gimana?

Cara terbaik kalau memang engga ada, ya tolak dengan baik-baik. Atau kasih aja sedikit. Misalnya mau ngutang 500.000 karena dia engga pernah bayar dan kebetulan kita engga punya uang yaudah bilang aja engga ada. Kasih aja 50.000 bilang ini mah ngasih. Atau kalau kalian takut mereka tersinggung yaudah bilang aja sudah di pos poskan ke kebutuhan. Bicaranya yang bener jangan sampe nyinggung perasaan. Kasian sama kitanya, udah mah kita dipinjem uangnya dapat dosa pula. Kan kita yang rugi.

Kalau yang minjemnya saudara Deket banget dan kalian memang tahu mereka kurang mampu secara finansial. Kasih lah tiap bulan hitung2 sedekah. Apalagi kalau mereka janda dan sudah tua engga bisa kerja. Engga perlu banyak. Semampunya aja. Anggap sedekah.

Ya intinya, walau mereka bikin kita kesel dengan minjem uang. Jangan sampai kita baper. Lepasin aja. Mudah-mudahan Allah ganti. Minimalisir lah kata minjem buat mereka, saudaramu yang minjem duit tapi engga bayar. Karena yang namanya minjem alias utang mesti bayar. Kasian kalau di Yaumil akhir ditagih sama Allah.

Jadi sebelum mereka bilang minjem, kasih aja sama kita tiap bulan (untuk yang janda dan jompo ya. Kalau yang masih bugar mah ya mereka bisa kerja kan?) . Ga perlu banyak. Yang penting ada. Nanti kalau minjem bisa kita tolak dengan cara yang baik.

Jangan jadi beban pikiran ya Mak. Kalo mereka bayar ya itu rejeki kita kalau engga ya mungkin bukan rejeki kita. Lupakan kesalahan satu itu. Ingat kebaikannya.

Pokoknya jangan sampe kita bersikap emosional, marah, apalagi sampe engga akur.

Allah SWT berfirman:

يَسْــئَلُوْنَكَ مَا ذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَاۤ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَا لِدَيْنِ وَا لْاَ قْرَبِيْنَ وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنِ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِ نَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
yas`aluunaka maazaa yunfiquun, qul maaa anfaqtum min khoirin fa lil-waalidaini wal-aqrobiina wal-yataamaa wal-masaakiini wabnis-sabiil, wa maa taf'aluu min khoirin fa innalloha bihii 'aliim

"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 215)

Allah SWT berfirman:

يَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الْاَ نْفَا لِ ۗ قُلِ الْاَ نْفَا لُ لِلّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ ۚ فَا تَّقُوا اللّٰهَ وَاَ صْلِحُوْا ذَا تَ بَيْنِكُمْ ۖ وَاَ طِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۤ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
yas`aluunaka 'anil-anfaal, qulil-anfaalu lillaahi war-rosuul, fattaqulloha wa ashlihuu zaata bainikum wa athii'ulloha wa rosuulahuuu ing kuntum mu`miniin

"Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman."
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 1)

No comments:

Post a Comment