Saturday 16 December 2017

Aku, Kau, dan Belanja

Lucu adalah kondisi saat aku bingung dan kau pun bingung. Sayang, semoga tulisan ini bisa menjadi kenangan yang patut untuk kita kenang. Yang mungkin bisa kita ceritakan sambil tertawa pada anak cucu kita nanti.

Sore itu, aku dan kamu yang niatnya hanya mencari makan, singgah di salah satu tempat berbelanja, UD Putra TS.

Niatnya mencari makan akhirnya malah tergoda untuk membeli baju couple. Kebetulan memang ada beberapa undangan pernikahan yang harus dihadiri dan tentu saja untuk ke depannya nanti.  Lucu, di sana tak ada satu baju couple pun yang menarik hati. Walau sebenarnya ada beberapa baju solo yang aku suka.

Jujur aku tak berani. Aku tak mau meminta membeli baju A, B, C padamu karena memang statusnya sekarang aku belum menjadi tanggunganmu. Rasanya terlalu egois. Cukup baju couple saja untuk kita berdua saat ini.

Karena tak ada satu baju couple pun yang pas di hati. Aku menyarankanmu untuk membeli di toko satunya. Pergilah kita ke sana. Berharap menemukan baju yang disuka.

Sayangnya di sana, aku ingin A kamu tak suka coraknya. Kamu suka B, sayang ukurannya tak pas. Aku benar-benar menyerahkan pilihan padamu. Dan kau pun begitu. Tak ada habisnya. Akhirnya kita berdiri, memilih baju asal. Yang sama-sama tidak kita sukai dan akhirnya kita kembalikan. 

Kembali, kita termenung. Duduk di pelataran toko. Aku tahu kamu keder, aku pun begitu. Masih dengan senyum di bibir"Mending beli cincin aja," bisikku.

Menurutku lebih baik mencicil hal terpenting dahulu baru pendukungnya. Baju memang penting, tapi tali pengikat jauh lebih penting.

Dan kamu meng-iya kan...

Toko emas di seberang sana kita sambangi. Dan aku kaget mendengar harganya yang begitu 'murah'. Beberapa saat aku melongo. Ingin rasanya aku tertawa.  "Ini emas muda," Begitu kata pelayan tokonya.

"Kalau mau, di toko sebelah ada yang lebih bagus," sarannya lagi.

Di sana, ada yang harganya sekian per gram. Namun kulihat dirimu, ah... aku tak berani. Lagi-lagi batinku berkecamuk. Aku tak bisa. Bukan bermaksud merendahkanmu. Aku tahu, kamu mampu membelikan aku cincin yang bagus dan mahal harganya. Tapi aku punya pemikiran lain. Adapun jika lebih, lebih baik uangnya ditabung untuk biaya pernikahan nanti. Atau keperluan lainnya. Karena yang kutahu, biaya pernikahan tidak murah. Dan aku tak bisa banyak membantu. Mungkin hanya dengan ini.

Cincin ini hanya sebuah gift. Kado sebenarnya dari Tuhan adalah kamu. Yang aku harapkan menjadi jawaban atas doa-doaku.

Kukatakan padamu, modelnya tak begitu bagus tak banyak pilihan. Alasan. Tapi berhasil membuat kita melenggang.

Akhirnya aku memilih di toko sebelumnya. Aku tak tahu jenis dan bentuk cincin tunangan syaratnya harus semacam apa. Yang aku tahu, yang penting namanya cincin.  :P :D Dan lagi, kau akan selalu meng-iya kan. Kita sama-sama tak tahu. Mungkin kamu tahu, tapi lebih baik diam. Karena tak enak padaku, mungkin. Entah memang karena benar-benar tak tahu juga.

Lucu. Ah, sudahlah. Anggap saja aku ini tak tahu cara memilih. Sebenarnya aku berharap kau yang pilihkan. Tapi kamu yang terserahan, membuatku engga enakan. Dan akhirnya aku kebingungan.

Kita yang pada awalnya ingin makan, malah memilih baju, dan akhirnya membeli cincin. :D

Pada akhirnya kita berdua makan. Planning kita kacau balau. Kamu yang ada rencana ke mana akhirnya ke mana. Maaf sayang, semoga ke depannya tak begini.. tidak ada ke plin-plan-an lagi. Dan yang pasti, semoga kau yakin padaku, dan aku yakin padamu.

--Semoga rencana kita untuk segera berumah tangga bersama lancar jaya tak ada hambatan. Amiin...--



I love U...