Tuesday 16 October 2018

Apakah Kau Mencintaiku?

Dulu, bahkan sampe sekarang suami sering banget nanya, "Kamu mau nikah sama aku sebenernya karena sayang engga sih sama aku?" Sering bangt dia nanya gitu. Engga ngerti deh alasannya kenapa.

Doi pernah bilang sih, katanya takut kalau aku nikah sama dia karena terpaksa.

Padahal ya Allah, aku bersyukur banget ketemu sama doi. Diseriusin pula. Dinikahin bahkan dihamilin.. hehehe

Alhamdulilah banget suamiku itu dia. Dan menurut aku secara pribadi, dialah laki2 terbaik yang aku temui sampai sekarang.

Tapi dia sering engga percaya gitu. Padahal engga percaya kenapa coba. Padahal aku orangnya jujur, adil, beriman, bijaksana, dan dapat dipercaya. Kenapa mesti engga percaya coba ?~~go sah dibully lah ya kalau pernyataan tersebut seperti dusta... ~~

Dia pernah bilang minder karena engga seganteng Li Min Ho. Ya siapa peduli ya, toh aku juga bukan bae suzhi. Aku kan bukan putri raja, engga sekaya pemilik facebook atau google, engga secantik song hye kyo juga *eh gimana nulisnya ya?, dan badanku engga sebagus Aura Kasih. Suka ya suka, cinta ya cinta, sayang ya sayang
Meski kita ini cuma Daviqi dan Iif Rifda. *Eciees...

Jadi, kenapa mesti minder coba?

Pernah suatu hari aku akhirnya menjelaskan kenapa aku suka sama dia. Ekhem... jadi, pada waktu itu... setelah sekian lama. Hampir 2 tahun lamanya, kami ketemuan. Kami ketemu di Alun2 Majalengka terus shalat dulu dan cus ke Gunung Karang.

Yang berbeda dari sekian banyak mantan yang aku punya *so iyeh! Kayak punya mantan banyak ajeh!* Dia tuh yang paling perhatian.

Contoh, di masa laule aku lebih sering ke mana2 sendiri kalau ada urusan. Jarang banget dianterin, dijemput, dijajanin, dan diperhatikan. Seringnya mandiri. Kalau mau jajan ya nyelonong sendiri, beliin Juga buat pasangan. Kalau ada urusan, ya berangkat sendiri. Pernah suatu hari aku minta anter tapi engga dianterin. Alasannya katanya malu sama temen aku, engga pede katanya. Padahal kayaknya dia engga pede ngeboncengin aku. *ngenes beut. Tapi yasudah dia sudah saya tinggalkan. Dan bersyukur banget bikin dia nyesel karena tidak memperlakukan dakuw sebaik2nya sampe dia mohon2 pengen balikan. Hahaha --ketawa jahad--

Sebelumnya sih pernah juga punya pacar yang baik hati dan tidak sombong, cuma kita el de eran. Jadi otomatis jarang bisa anter ke mana2. Ya sebaik2nya mantan kalau beneran baik engga mungkin gue ditinggalin, ye kan?

Dan fitnah banget kalau ada mantan terindah. Yang ada mantan itu terbusuk. Kalau enggak busuk ngapain jadi mantan kan ya?

Yaudah gak usah jelekin mantan. Toh, saya juga belum tentu baik di mata mereka. Yaudah gak peduli ya... haha Kembali ke topik!

Dari kengenesan gue tersebut, akhirnya gue lebih terbiasa mandiri. Jadi ketika dia dengan spontan doi bukain step motor buat pijakan kaki aquh sebelum aku naik, dakuw terenyuh guys. Dakuh meleleh.

Udah mah dia nungguin 2 tahun (walau aku kagak tau doi beneran nungguin aku sambil minum air alias gandeng cewe lain) tapi aku salut sama dia. Walau pernah aku tolak, dia engga pernah berhenti pdkt. Sampe akhirnya bisa ketemuan. Sampe akhirnya tunangan. Sampae akhirnya nikah.

Dia itu sabar banget, bos! Memperlakukan dakuw dengan telaten dan lembut. Walau becandanya sering bikin aku ngerengek manjah.

Dia selalu bantuin akuh, perhatian secara nyata ke dakuh. Coba ya bayangin, banyak hal dari yang dia lakukan ngedepanin aku. Mementingkan kepentingan dakuh. Dan bicara dengan penuh kelembutan sama dakuh.

Sampe udah nikah pun alhamdulillah engga berubah. Malah dia sering bantuin cuci, bantuin jemur, beresin kamar, nyapu, dan sebagainya yang harusnya aku kerjain tapi dengan baik hati dia kerjain karena kadang aku engga sempet beresin atau cuci karena selain jadi istri baik hati dan setia, aku menyandang status sebagai karyawan. Jadi kerja di rumah dan kerja diluar juga. Kadang ngebagi waktunya masih belum stabil dan diaiplin alias acak acakan.

Jadi, kalau aku engga sempet, doi bantuin.

Well, kesimpulannya. Aku sayang dia. Sayang banget. Dia itu hadiah dan anugerah yang Allah kasih di tahun di mana aku rasa aku udah pasrah dan berusaha merajut kebahagiaan di mimpi lain.

Dan Allah bayar kontan kepasrahanku, Dia jawab doaku. Dan mengabulkan doaku yang meminta agar segera dipertemukan jodoh, segera menikah, dan menjalani kehidupan dengan bahagia. Aku meminta yang terbaik dan Allah kasih.

Doaku tiap malam itu begini,
"Ya Allah pertemukan aku dengan jodohku dan segerakanlah kami untuk menikah."

Setelah ketemu doi, aku modifikasi doaku :

"Ya allah jika dia yang terbaik untukku, baik bagi keluargaku, bagi dunia akhiratku, maka jodohkan kami. Segerakan kami untuk menikah, mampukanlah dia, cukupkan rezekinya. Jadikan kamibkeluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Namun jika dia bukan yang terbaik untukku, tidak baik untuk keluarga dan dunia akhiratku maka jauhkan kami dan ganti dengan yang lebih baik. Ya allah hanya kepadamu aku menyembah dan hanya kepadamu aku memohon pertolongan serta petunjuk."

Dan jreng, dalam jangka waktu 3 bulan kami tunangan. Jangka waktu 4 bulan setelahnya kami menikah. Betapa Allah menjawab kontan doaku.

Jadi, apa yang membuatku ragu? Apa yang membuatnya harus minder?

Aku memintanya kepada Yang Maha Pencipta dan memiliki, Aku pula yang memintanya disetiap doa. Ya, bagi dakuh secara pribadi, dia itu anugerah dari tuhan. Dia yang menyudahi kegundahan dan kekhawatirannya.

Sayangku, suamiku, kadang aku memang sering ngambek dan ngomel. Tapi engga berarti aku engga sayang. Kadang emosiku juga up and down. Mohon sabar ya.. aku berharap kita tetap menjadi kita yang selalu akur, baik baik saja,  dan bahagia.

Terlebih kita mau memiliki anugerah lainnya, yaitu anak dari Allah yang kita nantikan.

Semoga kita sehat terus dan bahagia.

We love you dari relung hati terdalam.

Ligung, 18 Oktober 2018

Wednesday 10 October 2018

Mewujudkan Mimpi Tanpa Riba

Dari judul hal tersebut seolah sepele memang. Padahal kenyataannya berat bagi sebagian besar orang. Karena riba seolah sudah mendarah daging di kehidupan. Ingin segera punya tv, kredit. Ingin segera punya motor, kredit. Ingin kelihatan kaya dengan punya mobil tapi modal minim, kredit. Ingin punya rumah, solusi KPR, lalu kredit. Seolah kredit atau riba bisa menyelesaikan masalah keuangan kita. Padahal justru sebaliknya.

Banyak orang yang tidak sabar dalam menabung. Mengesampingkan ego untuk terlihat wah dan memiliki segala dengan bermodalkan uang rentenir (bank dan segala lembaga riba)hanyalah rasa memiliki yang semua, hanya kekayaan yang semu. Karena aslinya kita sedang membodohi diri sendiri.

Kita yang seharusnya bisa memiliki motor seharga 15jt, malah memilih beli motor harga 20 jt lebih dengan merek dan tipe yang sama. Rugi, kan ya?

Dengan iming-iming jaminan rendah dan pembayaran dicicil, kita tergiur begitu saja. Menganggap hal tersebut merupakan cara instan untuk memiliki. Namun itu justru malah membuat hidup tak nyaman.

Ah kata siapa? Masa iya?

Mungkin itu yang ada dibatin pembaca sekalian. Saya bicara tidak asal bicara karena saya pun pernah, bahkan sekarang masih sedang memiliki tunggakan. Dan sedang saya lunasi lebih cepat. Agar segera terbebas dari kungkungan ini.

Dulu saya berpikir, beli motor biar kerja makin semangat karena punya tunggakan.  Namun setelah dijalani, justru malah makin engga semangat. Setiap bulan, uang kita dicabut. Selain itu juga mungkin keberkahan berkurang.

Jadi, yuk kawan kita berusaha sama2 untuk menghilangkan riba dari kehidupan kita. Mulai menabung saja jika mengingknkan sesuatu. Sabar dan ikhtiar terus. Insyaallah pasti bisa terpenuhi. Allah Maha Kaya, jadi mari kita minta pada yang Maha Kaya saja. Jangan pesimistik walau tanpa riba kita tetep bisa wujudin impian kita kok. Allah Maha pemberi rejeki, Maha Luas segala galanya. Yakini saja.

Jangan terhasut dengan orang yang bilang, kalau engga KPR mau kapan punya rumah? Kalau engga kredit mau kapan punya mobil?

Kita engga pernah tahu, rezeki yang turun dari langit untuk kita. Jangan pernah mendustakan nikmat dari Allah. Apalagi mengatakan tidak mungkin.

Kun fayakun. Jadi, maka jadilah.

Jadi, yuk berikhtiar dan jauhi riba. Jaga kesehatan karena itu nikmat yang utama untuk mencari rejeki.

Salam,
Ligung, 11 Oktober 2018



Cerita Suami Part 1

Tanggal 4 Oktober kemarin, suami pulang dari bogor. Tugas di Bogor tinggal di Majalengka. Kebayang ya, betapa jauhnya jarak tempuh tempat tinggal dan tempat kerja.

Sekarang sedang pengajuan untuk mutasi ke area Majalengka, cuma mrmang masih proses penempatan. Approval alhamdulillah sudah beres, tinggal penempatan di kontrak baru Januari 2019 nanti.

Kebetulan, bulan ini memang kita sedang kejar target lunas tuntas. Makanya, suami hanya bisa bawa uang sekitar Rp 300.000 ke bogor dalam waktu 4 hari. Worry sih, tapi mau bagaimana? Kami tak ada uang lebih lagi. Sisanya hanya untuk biaya sehari2 pada saat itu. Karenabkebetulan aku pun belum gajian.

Singkat cerita, dia pulang hari kamis malam. Sebelumnya dia sudah wa, temen nasi di rumah ada apa. Aku bilang belum beli apa2. Wal hasil dia beli temen nasinya di luar sembari perjalan pulang.

Aku sempet mikir, kok bisa bisa nya dia masih punya uang sisa.dengan jarak tempuh jauh, tinggal beberapa hari pula. Resikonya besar. Apalagi di kota. Tapi kembali, alhamdulillah puji syukur kepada Allah mungkin ini yang namanya keberkahan. Bersyukur pula punya suami pengertian dan tabah.

Kamis malam pulang. Hari jumat dia di rumah. Bisa antar aku berangkat kerja dulu. Kebetulan aku bekerja di salah satu perusaah sepatu. Saat di perjalanan dia bilang, "Nanti aku pulang lagi aja sebelum benerin ban motor ijo."

"Mau apa?" Tanyaku penasaran. Soalnya setelah antar aku ke tempat kerja, dia langsung ke rumah bibinya, ke Maja. Maklum kami belum punya rumah. Jadi masih nebeng di orang tuaku. Dia biasanya kurang betah kalo di rumah terus. Canggung katanya. Jadi, alternatifnya setelah antar aku kerja, dia pulang ke rumah bibinya di Maja sampai sore nanti sorenya pulang sambil jrmput aku kerja.

"Mau nyuci," jawabnya.

Oh iya, aku baru ingat aku belum nyuci selama 5 hari. Dan cucianku numpuk.

"Gausah," jawabku. "Biar nanti aku aja yang nyuci pulang kerja atau subuh."

Sampai di tempat kerja. Duduk di depan komputer. Aku WA dia lagi.

'Jangan nyuci ya. Biar aku aja nanti. Kalau mau bantu pun, biar nanti sama2 aja.. we love u'

Dia engga balas.

Sorenya sepulang kerja, setelah mandi aku hendak memasukkan pakaian kotor ke wadah cuci. Aku kaget. Ini cucian segunung kemana? Batinku. Negatif thinking aku. Jangan2 ibuku?

"Mi!"
"Ya?"
"Baju kotorku ke mana? Dicuciin?"
"Engga. Itu sama si Aa dicuciin."

Subhanallah... hampir loncat jantungku. Antara seneng sama malu.

Cerita sore, 7 Oktober 2018.

Cerita sore....