Aku terkadang kasihan melihat gadis itu. di kelas, dia selalu saja sendirian. tidak ada seorang pun yang menemaninya. sekarang saja, dia sedang terduduk diam di pojok kelas sana. iba rasanya hati ini melihatnya.
Namanya Nemi. dari awal masuk pembelajaran sampai sekarang, aku belum pernah sekali pun mendengar dia bicara bahkan tersenyum sekali pun. dia sering berkutat dengan buku-buku yang ada di depannya saja.
Aku bukannya tidak ingin mendekatinya, hanya saja aku merasa ragu. dia terlalu pendiam untuk kudekati. aku takut, aku tidak ditanggapi olehnya. namun, rasa empatiku mendorongku begitu dalam untuk mendekatinya. aku iba, aku ingin dia seperti teman lainnya. bercanda, tertawa, dan gembira.
sampai suatu hari, aku memberanikan diri mendekatinya. dan seperti yang aku duga, dia tak menanggapiku. kecewa rasanya. ketika aku mendekatinya, dia langsung beranjak dari tempat duduknya.
Dan ternyata, menurut teman-teman yang lain pun, dia memang seperti itu. terkesan sombong, bahkan terlalu sombong untuk orang yang bahkan tidak punya teman satu pun. lambat laun, teman-teman semakin tidak menyukainya. terlebih ketika ada tugas kelompok bersamanya. ia tidak pernah peduli, selalu acuh pada pekerjaan kelompok. yang lain sedang berdiskusi,. eeh dia malah enak-enakan tidur. menyebalkan, tapi aku merasa tetap kasihan. entahlah, aku benar-benar merasa kasihan padanya.
Sampai suatu hari, seorang guru mengetes kami seorang-seorang untuk berpidato Bahasa Inggris. dan ternyata, barulah kami semua tahu kalau dia ternyata bisu. ini rahasia kenapa dia tidak pernah mau berbicara dengan kami, dia bukan tidak mau. tapi tidak bisa.
No comments:
Post a Comment